VERSI BAHASA INDONESIA
Konferensi Pers Deklarasi Embrio Sumpah Pemuda Dunia
(Digagas di Rumah Kesadaran, Jl. Jati Indah V No. 3 Bandung 40275, dan disosialisasikan pada tanggal 28 Oktober 2024, di website LingkarKesadaran dot com)
~ ~ ~
Embrio Sumpah Pemuda Dunia
PENDAHULUAN
Tulisan ini dimaksudkan untuk menggugah kesadaran kita semua dengan mengajukan sebuah pertanyaan: Adakah suatu keinginan untuk melanjutkan dan meneruskan semangat yang terdapat dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 dalam tataran global?
LATAR BELAKANG
Visi Perdamaian Dunia
Dunia membutuhkan solusi nyata atas problem yang dihadapinya di zaman ini. Permasalahan global mesti diatasi secara global pula, dengan saling bahu membahu, serta menyingkirkan segala kepentingan lokal dan temporer. Sebuah solusi universal, yang akan memberikan cahaya pencerahan atas segala permasalahan spiritual, intelektual, rasional, emosional, maupun fisikal.
Pertama-tama, cara pandang kita mesti dibenahi. Kita mesti berdiri di atas sebuah platform bersama, yang mampu mengayomi seluruh sudut pandang umat manusia di bumi ini, sehingga mendapatkan perspektif yang utuh.
Kemudian, disusunlah program yang realistis yang dapat dilakukan bersama untuk tegaknya cita-cita bersama yang kita impikan. Program-program yang akan mempengaruhi hajat hidup orang banyak, di mana kita semua merupakan pemangku kepentingan atasnya.
Lalu, pelaksanaan program ini mesti pula melibatkan peran-peran kunci yang memiliki pengaruh terhadap nasib masa depan umat manusia di seluruh dunia. Kepentingan bersama yang akan diutamakan, selayaknya menghapus segala konflik parsial yang terjadi, karena kita memandang perlunya menemukan solusi atas masalah yang lebih besar dan mendasar.
Akhirnya, dirancanglah rencana untuk mewujudkan hal tersebut. Antara lain bagaimana untuk menyamakan persepsi, menyatukan kekuatan, dan membangun soliditas. Kesadaran ini mesti dikampanyekan untuk tersebarnya pemahaman yang luas dan mendalam akan permasalahan yang kita hadapi bersama.
Untuk terwujudnya semua itu, kita mesti memberdayakan segala potensi yang dimiliki oleh manusia seutuhnya. Yakni potensi spiritual, intelektual, rasional, emosional, maupun fisikal. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu, cita-cita bersama ini akan terealisasi tanpa dapat dibendung lagi.
~ ~ ~
MENUJU DEKLARASI SUMPAH PEMUDA DUNIA
Bisakah kiranya bila pada tahun 2028, tepat 100 tahun sejak sumpah pemuda, kita bisa melakukan suatu deklarasi Pemuda Global dengan perwakilan resmi dari setiap negara?
Bumi ini adalah satu ekosistem yang saling terkait. Tidak akan bisa dijalankan oleh banyak kepala tanpa kesatuan gerak dan visi bersama yang kokoh. Dengan sebuah syarat wajib, yakni hadirnya para pemimpin yang adil. Kalau tidak, akan selalu terjadi penjajahan antara satu negara terhadap negara lain, kalau tidak secara politik, ya ekonomi atau budaya.
Yang salah dari imperialisme adalah memaksakan cara berpikir suatu wilayah negara ke wilayah negara lain yang berbeda secara banyak aspeknya (budaya, bahasa, sistem, dlsb).
Yang harus jadi pekerjaan rumah utama adalah menemukan benang merah esensi universal manusia: “Apa yg membuat manusia menjadi manusia”, esensi kemanusiaan. Dan hanya atas dasar itulah baru Satu Tata Layan Dunia Baru (One New World Service) tidak lagi menjadi gaya penjajahan model baru (bukan One New World Order).
Untuk ini, kita perlu merevolusi paradigma berpikir kita dan menemukan konsep-konsep baru guna menjelaskan realitas baru yang akan terwujud nantinya.
Dunia baru akan memerlukan perangkat konsep yang baru pula untuk menjelaskan dirinya. Sesuatu konsep yang belum ada realitasnya saat ini bukan berarti mustahil terwujud di masa yang akan datang.
Tata kelola pemerintahan (governance) perlu diubah menjadi tata kelola pemelayanan (goservenance), karena pada hakikatnya pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. Basisnya adalah orientasi keabdian dan pengabdian, bukan berorientasi pada kekuasaan dan penguasaan.
Dinamika sistem politik di setiap negara tidak bisa dibiarkan berlangsung begitu saja sesuai dengan dialektika keperluan dan kepentingan yang ada di sana tanpa dipantau oleh Pemimpin-Pelayan global yang mengutamakan kepentingan bersama.
Contohnya begini, surplus produk pangan di benua Eropa dan Amerika janganlah dibuang ke laut karena khawatir menurunkan harga. Melainkan disalurkan kepada orang-orang yang kelaparan di benua Afrika.
Zaman makin canggih, peradaban makin maju, teknologi makin modern, tapi malahan makin banyak yang depresi, ketimpangan kemiskinan semakin menjurang, penjajahan di atas bumi masih terjadi…
Tentu ada yang salah dengan semua ini…
Ideologi yang hendak dibangun adalah ideologi kemanusiaan yang universal. Maka ini perlu kesadaran kolektif global terlebih dahulu. Sebagaimana halnya spirit sumpah pemuda tahun 1928 menjadi basis kesadaran terwujudnya Kemerdekaan Indonesia. Ketika rakyat memutuskan untuk bersatu, tak ada yang dapat menghalangi.
Musuh kita adalah neo-imperialisme yang menjajah melalui dunia ekonomi, pendidikan, budaya, dll. Ini yang jarang disadari, dan perlu diangkat ke permukaan. Dengan cara ini, semua komponen pecinta keadilan akan bangkit bersama melawan musuh bersama, musuh kemanusiaan global.
Maka itu kesadaran ini mesti dibangun secara bottom-up, bukan top down. Dimulai dari kesadaran pribadi, menular ke kolektif-sosial hingga global. Spirit kesadaran individu nya mesti terbangun dulu. Ketika warga bumi menghendaki dan membulatkan tekad untuk bersatu dan memerdekakan diri dari neo-imperialisme global, tak ada yang dapat menghalangi….
Kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang selalu berupaya meraih kesepakatan di antara banyak kepala yang berbeda, telah terbukti di berbagai belahan bumi, sejarah pun berkata demikian.
Bukanlah hal yang mustahil untuk tercapainya kesepakatan di tingkatan global, karena kita masih sesama manusia. Betapa banyak kesamaan, lebih banyak kesamaan yang ada, di antara berbagai perbedaan yang ada, karena kita diikat oleh kesamaan esensi sebagai manusia.
Meski sulit, bukan berarti mustahil…
Ketika warga bumi menghendaki untuk bersatu dan bangkit melawan neo-imperialisme global, maka tak ada kekuatan yang mampu membendungnya lagi.
Ketika sudah tampak kerusakan di mana-mana akibat sistem yang menindas dan tidak manusiawi, padahal peradaban dan teknologi sudah sedemikian maju, tidakkah akan terbuka mata umat manusia bahwa ada yang salah dengan ini semua?
Yang perlu terus dipupuk dan ditumbuhkan adalah kesadaran individu per individu yang mengakar hingga ke lubuk fitrah, yang senantiasanya merindukan kebenaran, kebaikan, keindahan, kebebasan, dan keadilan.
Karena demikian tidak disadarinya cara musuh menghegemoni jajahannya, diperlukan cara-cara kreatif yang menggugah kesadaran. Salah satunya adalah melalui penebaran ide Sumpah Pemuda Dunia ini. Supaya ada peluang warga bumi terbangun dari tidur panjangnya.
Memang sebuah keniscayaan bahwa sebelum bisa terjadinya revolusi mesti evolusi terlebih dahulu. Wilayah yang cukup strategis untuk menebar benih kesadaran dan bisa digarap adalah dunia pendidikan.
Misalnya dengan gencar menyelenggarakan training/workshop untuk guru mengenai metode belajar mengajar yang mengedepankan pola berpikir kritis dan kreatif agar sekolahan tidak hanya mencetak generasi penghapal, melainkan generasi yang bisa berpikir mandiri.
Karena dunia pendidikan memiliki sarana yang paling mumpuni untuk menyemai tumbuhnya kesadaran dan pencerahan. Mengingat dunia pendidikan ini punya bangunan sekolah, sumberdaya pengajar, kurikulum, buku, perpustakaan, dan lain sebagainya.
~ ~ ~
TINDAK LANJUT
Kami dari Aliansi Manusia Bumi, bersama ini mendeklarasikan Embrio Sumpah Pemuda Dunia, dengan harapan bahwa nantinya pada Peringatan 100 tahun Sumpah Pemuda dapat berkumpul perwakilan pemuda-pemudi dari setiap negara yang ada di dunia, untuk secara bersama-sama sepenuh jiwa raga mengucapkan Sumpah Pemuda Dunia yang berisikan poin-poin yang tertulis di bawah ini:
(Rancangan) Sumpah Pemuda Dunia
28 Oktober 2028
Kami Putra dan putri Bumi, mengaku:
- Bertumpah darah satu, Tanah Air Bumi. Menjaga dan merawat bumi sebagai rumah bersama yang lestari dan layak huni bagi generasi kini dan mendatang.
- Berbangsa satu, Bangsa Manusia. Berkomitmen pada kesatuan di tengah keberagaman, memandang setiap insan sebagai bagian dari keluarga dunia.
- Menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Interversia. Sebagai jembatan komunikasi yang mempererat persaudaraan lintas budaya dan bangsa.
- Merawat harmonisasi alam dengan manusia. Melalui keseimbangan kebutuhan manusia akan kelestarian alam, serta mengutamakan keberlanjutan ekologi sebagai ekosistem yang hakiki.
- Merayakan keanekaragaman berfondasikan keadilan dan kedamaian. Memuliakan setiap perbedaan sebagai sumber kekuatan untuk menciptakan dunia yang inklusif.
- Menjalin kesinambungan pengalaman lintas generasi. Dengan menghargai warisan masa lalu dan menciptakan masa depan yang bijak dan berwawasan.
- Mendukung kebebasan penuh dalam berpikir, bersikap, berbicara, berkeyakinan, dan berusaha. Dengan penuh rasa tanggung jawab demi kebaikan individu, komunitas, dan umat manusia.
- Mengupayakan terjaminnya kualitas hidup yang layak bagi semua warga dunia. Demi terbebasnya manusia dari kemiskinan, kelaparan, kebodohan, dan ketidakadilan.
- Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kemajuan intelektual dan spiritual. Sembari mendorong kreativitas dan inovasi sebagai solusi bagi tantangan global.
- Membangun ekosistem yang kondusif bagi terwujudnya pertumbuhan personal, sinergi sosial, dan kolaborasi global. Untuk terciptanya peradaban dunia yang harmonis, maju dan berkeadilan.
Tertanda,
ALIANSI MANUSIA BUMI,
- Andri Herdiyanto
(Pendiri Lingkar Kesadaran) - Candiki Repantu
(Dewan Pengarah Lingkar Kesadaran) - Ahmad Effendi
(Pendiri Garda Kemerdekaan) - Fuad Rinaldi
(Sekjen Garda Kemerdekaan - Asma Kartikasarie
(Pendiri Rumah Teduh) - Ivan Wahyudi Rahmanto
(Pendiri Shukr Studio) - Ali Syarief
(Cross Culture Institute) - Alfin Rafni Kotari
(Anggota Garda Kemerdekaan) - Rizky Amelia
(Science Communicator) - …
- dan lainnya (Silakan cantumkan sendiri nama Anda dan institusi/profesi Anda di sini, bila mendukung deklarasi ini)
~ ~ ~
ENGLISH VERSION
Press Conference of the Declaration of the Embryo of the World Youth Pledge
(Initiated at House of Consciousness, Jl. Jati Indah V No. 3 Bandung 40275, and socialized on October 28, 2024 at LingkarKesadaran dot com)
~ ~ ~
Embryo of World Youth Pledge
INTRODUCTION
This text aims to awaken our awareness by posing a question: Is there a desire to continue and uphold the spirit of the 1928 Youth Pledge on a global level?
BACKGROUND
Vision for World Peace
The world needs concrete solutions to the problems it faces today. Global issues must be addressed globally, with mutual cooperation and by setting aside all local and temporary interests. A universal solution that will provide enlightenment on all spiritual, intellectual, rational, emotional, and physical challenges.
First, our perspective must be realigned. We must stand on a shared platform capable of accommodating every human viewpoint on this earth, thereby achieving a holistic perspective.
Then, realistic programs must be formulated that can be collectively implemented to achieve the common ideals we envision. These programs should impact the lives of the masses, as we are all stakeholders in them.
Furthermore, the implementation of these programs must involve key roles with influence over the future fate of humanity worldwide. Prioritizing shared interests should eliminate partial conflicts, as we seek to address the greater and more fundamental issues.
Finally, a plan to make realization of this vision must be designed, including ways to harmonize perspectives, unite powers, and build solidarity. This awareness must be campaigned to spread a comprehensive and profound understanding of the problems we face together.
To achieve all of this, we must empower all human potential – spiritual, intellectual, rational, emotional, and physical. Over time, this shared aspiration will inevitably come to reality.
TOWARD A WORLD YOUTH PLEDGE DECLARATION
Could it be possible that in 2028, exactly 100 years after the Youth Pledge, we make a Global Youth Pledge Declaration with official representation from every nation?
This earth is one interconnected ecosystem. It cannot be governed by many heads without unified action and a shared, solid vision. The essential prerequisite is the presence of just leaders. Without it, there will always be subjugation between nations, whether political, economic, or cultural.
The error of imperialism lies in imposing the worldview of one country onto another, despite vast differences in culture, language, systems, and so forth.
The primary task is to discover the essence of universal humanity: “What makes a human, human?” – the essence of humanity. Only on this basis can a “One New World Service” emerge without becoming a new model of imperialism (not as a “One New World Order”).
To achieve this, we need to revolutionize our paradigm and develop new concepts to explain the emerging reality.
A new world will require new conceptual tools to define itself. A concept with no present reality does not mean it cannot exist in the future.
Governance must evolve into Goservenance (servanthood-based governance), as leaders should be servants to their people. Its foundation is devotion and service, not power and control.
Political dynamics within each country cannot proceed unchecked according to local dialectics without oversight from global Leader-Servants who prioritize the common good.
For example, surplus food products in Europe and America should not be discarded into the ocean to avoid price drops but rather be redirected to feed those suffering from hunger in Africa.
Despite advancing civilization and technology, more people experience depression, inequality widens, and exploitation persists across the globe.
There must be something wrong with all of this.
The ideology to be built is a universal humanist ideology. This requires a collective global awareness, just as the spirit of the 1928 Youth Pledge formed the basis for Indonesia’s independence. When people decide to unite, nothing can stop them.
Our enemy is neo-imperialism, which dominates through economics, education, culture, and more. This is rarely recognized and needs to be brought to the surface. In this way, all justice-loving forces will rise together against a common enemy: global dehumanization.
This awareness must grow from the bottom-up, not top-down, starting from individual awareness and spreading to social and eventually global levels. The spirit of individual awareness must first be established. When Earth’s inhabitants desire and resolve to unite and free themselves from global neo-imperialism, nothing can stop it.
The fact that humans are social beings, striving for consensus among different minds, has been proven throughout history and across the world.
Reaching a global consensus is not impossible, as we are all still human, bound by more similarities than differences, united by our shared human essence.
While difficult, it is not impossible.
When Earth’s inhabitants wish to unite and rise against global neo-imperialism, no force can stop it.
When destruction becomes evident everywhere due to an oppressive and inhumane system, despite the advancement of civilization and technology, will humanity not awaken to the fact that something is wrong?
What must be continuously cultivated is individual awareness rooted in our human nature, eternally longing for truth, goodness, beauty, freedom, and justice.
Because the enemy’s methods of subjugation are so insidious, creative approaches are needed to awaken awareness. One way is by spreading the idea of this World Youth Pledge, creating the chance for Earth’s inhabitants to wake from their long slumber.
It is an inevitability that a revolution must be preceded by evolution. Education is a strategically crucial arena to spread seeds of awareness.
For example, conducting training/workshops for teachers on teaching methods that emphasize critical and creative thinking so that schools do not merely produce a generation of memorizers but individuals capable of independent thought.
The education sector has the most comprehensive resources for cultivating awareness and enlightenment, with its infrastructure, educators, curricula, books, libraries, and more.
~ ~ ~
FOLLOW UP
We from the Human of Earth Alliance, hereby declare the Embryo of the World Youth Pledge, with the hope that later on the 100th Anniversary of the Youth Pledge, representatives of young men and women from every country in the world can gather, to together wholeheartedly recite the World Youth Pledge which contains the points written below:
(Draft) World Youth Pledge
October 28, 2028
We, the Sons and Daughters of Earth, acknowledge:
- Share one native land, the Homeland of Earth. To protect and nurture it as our common home, ensuring it remains sustainable and habitable for current and future generations.
- Unite as one nation race, the Nation of Humankind. Committed to unity within diversity, recognizing each person as part of the global family.
- Uphold the language of unity, the Language of Interversia. As a bridge for communication that strengthens bonds across cultures and nations.
- Preserve harmonization between the nature and the humankind. With the balance of human needs to environmental sustainability and prioritizing ecology preservation as the true ecosystem.
- Celebrate the diversity based on justice and peace. Embracing differences as a source of strength in creating an inclusive world.
- Foster the intergenerational continuity. By respecting the legacy of the past and building a future with wisdom and vision.
- Support the full freedom in thought, expression, beliefs, and endeavors. With a deep sense of responsibility for the well-being of individuals, communities, and humankind as a whole.
- Strive to ensure the decent life quality for all world citizens. Liberate humankind from poverty, hunger, ignorance, and injustice.
- Uphold the values of humanity, the intellectual and spiritual advancement. While promoting creativity and innovation to find solutions for global challenges.
- Build the ecosystem that conducive for nurtures personal growth, social synergy, and global collaboration. Striving for a world civilization that is harmonious, progressive and just.
Signed,
HUMAN OF EARTH ALLIANCE,
- Andri Herdiyanto
(Founder of Consciousness Circle) - Candiki Repantu
(Directive Council of Consciousness Circle) - Ahmad Effendi
(Founder of Independence Guardian) - Fuad Rinaldi
(General Secretary of Independence Guardian) - Asma Kartikasarie
(Founder of Rumah Teduh) - Ivan Wahyudi Rahmanto
(Founder of Shukr Studio) - Ali Syarief
(Cross Culture Institute) - Alfin Rafni Kotari
(Member of Independence Guardian) - Rizky Amelia
(Science Communicator) - …
- and others (Please include your name and your institution/profession here, if you support this declaration)
~ ~ ~